Ada satu game yang benar-benar berhasil membuat saya terpaku berjam-jam di depan layar, bukan karena visualnya yang mewah, melainkan karena rasa ingin tahu yang terus dipancing dari setiap sudut dunianya. Game itu bernama DYSMANTLE — sebuah game survival open-world yang menggabungkan eksplorasi, crafting, misteri, dan sedikit filosofi tentang kehidupan setelah kehancuran dunia.
Saya masih ingat pertama kali mengenal game ini di Steam. Awalnya saya pikir DYSMANTLE hanyalah game survival biasa seperti Don’t Starve atau The Last Day on Earth. Namun, semakin saya memainkannya, semakin saya sadar bahwa game ini punya kedalaman cerita dan atmosfer yang begitu kuat. Dunia dalam DYSMANTLE bukan sekadar tempat untuk bertahan hidup—ia adalah panggung yang memperlihatkan bagaimana manusia beradaptasi di tengah kehancuran dan kesunyian.
Awal Cerita: Bangun dari Bunker ke Dunia yang Berubah Total

DYSMANTLE dimulai dengan adegan yang sederhana tapi efektif. Karakter utama, yang tidak memiliki nama, keluar dari sebuah bunker setelah bertahun-tahun bersembunyi dari bencana besar. Ketika pintu bunker terbuka, dunia di luar sudah tidak lagi sama. Kota yang dulu ramai kini hancur, ditumbuhi tanaman liar, dan dipenuhi makhluk aneh yang tampak seperti manusia, tapi bukan manusia lagi Steam.
Sebagai pemain, saya langsung disuguhi atmosfer sunyi yang begitu kuat. Tidak ada suara manusia lain, hanya angin, hewan, dan langkah kaki sendiri. Rasanya seperti benar-benar menjadi orang terakhir di dunia.
Namun, yang membuat DYSMANTLE unik adalah bagaimana ia menyeimbangkan kegelapan dunia pasca-apokaliptik dengan sentuhan harapan. Setiap kali saya menemukan rumah kosong, sisa-sisa foto keluarga di dinding, atau surat-surat lama, saya selalu merasa seperti sedang menggali kisah manusia yang dulu pernah hidup di dunia ini.
Mekanika Utama: Hancurkan, Kumpulkan, dan Bangun Kembali
Salah satu tagline utama DYSMANTLE adalah: “Everything breaks eventually.” Dan itu bukan hanya slogan—itu adalah inti dari gameplay. Hampir semua benda di dunia ini bisa dihancurkan untuk mendapatkan material.
Mulai dari tong sampah, pagar, perabot rumah, hingga mobil tua — semua bisa dihancurkan jika senjatamu cukup kuat. Awalnya kamu hanya punya crowbar yang bisa menghancurkan benda ringan seperti tong atau kursi. Tapi seiring waktu, kamu bisa membuat alat yang lebih kuat: kapak, palu, pedang, bahkan bom untuk menghancurkan struktur besar.
Proses ini menciptakan loop gameplay yang sangat adiktif:
-
Eksplorasi →
Jelajahi area baru dan cari material yang belum pernah ditemukan. -
Kumpulkan bahan →
Hancurkan apa pun yang bisa dihancurkan untuk mendapatkan sumber daya. -
Crafting dan upgrade →
Gunakan bahan yang dikumpulkan untuk membuat senjata, baju pelindung, alat memasak, hingga jebakan. -
Bangun dan bertahan →
Ciptakan tempat aman, masak makanan, dan lawan makhluk-makhluk berbahaya di luar sana.
Saya sering kehilangan waktu hanya untuk menghancurkan setiap benda di rumah kosong. Rasanya seperti terapi, terutama ketika melihat semua serpihan material terkumpul menjadi sesuatu yang berguna. DYSMANTLE benar-benar tahu bagaimana membuat aktivitas sederhana terasa memuaskan.
Eksplorasi Dunia yang Luas dan Terbuka
Dunia DYSMANTLE terbagi ke dalam beberapa zona besar, masing-masing memiliki tema dan tantangan unik. Ada daerah perkotaan, padang gurun, hutan, area industri, hingga wilayah bersalju. Setiap tempat terasa hidup dan punya kisahnya sendiri.
Saya terkesan dengan betapa organiknya dunia game ini. Tidak ada penanda misi yang terlalu mencolok, tidak ada petunjuk arah yang memanjakan pemain. Kamu harus mengandalkan peta, insting, dan rasa penasaran. Kadang, hanya karena melihat jalan kecil yang tertutup semak, saya menemukan area rahasia berisi harta langka atau catatan misterius dari masa lalu.
Salah satu hal yang paling saya sukai adalah sistem “fast travel tower”. Kamu bisa menemukan menara komunikasi di setiap wilayah, lalu mengaktifkannya. Setelah aktif, kamu bisa berpindah dengan cepat antar wilayah. Tapi, sebelum bisa mengaktifkan, biasanya menara itu dijaga oleh makhluk-makhluk kuat atau penuh jebakan. Jadi, setiap pencapaian terasa seperti perjuangan yang pantas.
Pertarungan dan Tantangan
DYSMANTLE bukan sekadar game eksplorasi dan crafting. Di setiap sudut dunia, kamu akan menghadapi berbagai makhluk menyeramkan yang dikenal sebagai mutants. Mereka dulu manusia, tapi berubah karena bencana misterius. Ada yang lamban, ada yang cepat, ada juga yang bisa memanggil makhluk lain.
Sistem pertarungan dalam DYSMANTLE sederhana tapi efektif. Tidak serumit Soulslike, tapi juga tidak membosankan. Kamu bisa menyerang, menghindar, dan menggunakan berbagai senjata mulai dari senjata melee hingga bom dan jebakan.
Namun yang membuatnya menarik bukan cuma bertarung, tapi strategi bertahan. Kadang, melawan langsung bukan pilihan terbaik. Saya sering memilih untuk memancing musuh ke jebakan atau bersembunyi dulu sambil menunggu waktu yang tepat. Ada rasa puas tersendiri ketika berhasil mengalahkan monster besar dengan strategi cerdas, bukan sekadar brute force.
Sistem Survival yang Realistis

DYSMANTLE juga memiliki elemen survival yang cukup dalam, tapi tidak berlebihan. Kamu tidak harus makan setiap beberapa menit, tapi makanan punya fungsi penting untuk buff permanen. Setiap kali kamu memasak dan memakan makanan baru, karaktermu mendapatkan peningkatan statistik seperti stamina, damage, atau kecepatan.
Saya suka sistem ini karena tidak membuat game terasa seperti simulasi makan-minum yang melelahkan. Sebaliknya, setiap hidangan yang dimasak terasa berarti dan memberi motivasi untuk bereksperimen dengan bahan baru.
Selain itu, kamu bisa membangun tempat peristirahatan (campfire) di berbagai tempat. Di sana kamu bisa istirahat, menyimpan item, dan fast travel. Tapi hati-hati, karena setiap kali kamu beristirahat, semua musuh di dunia akan respawn. Jadi ada elemen strategi: apakah kamu mau istirahat dan memulihkan tenaga, atau terus maju dengan risiko tinggi?
Cerita dan Filosofi Kehidupan
Salah satu hal yang membuat DYSMANTLE begitu menarik bagi saya adalah bagaimana game ini diam-diam menyelipkan pesan filosofis tentang kehidupan dan kehancuran.
Tidak ada cutscene panjang atau dialog rumit. Cerita disampaikan melalui catatan, artefak, dan suasana dunia. Dari potongan-potongan kecil itu, kita mulai memahami bahwa kehancuran dunia ini bukan karena perang atau bencana alam semata—ada sesuatu yang lebih dalam dan misterius yang terjadi.
Ada momen di mana saya menemukan pesan terakhir seseorang yang menulis, “Jika kamu membaca ini, mungkin aku sudah tidak ada. Tapi tolong jangan biarkan dunia ini dilupakan.” Kalimat sederhana itu membuat saya berhenti sejenak, merenung, dan menyadari betapa kesepian dunia DYSMANTLE sebenarnya.
Namun di balik kesepian itu, game ini juga bicara tentang ketahanan dan harapan. Bahwa manusia selalu punya naluri untuk membangun kembali, beradaptasi, dan terus maju meskipun dunia sudah runtuh.
Musik dan Suasana
DYSMANTLE punya soundtrack minimalis tapi sangat efektif. Musiknya tidak mendominasi, tapi hadir dalam momen-momen penting untuk menambah suasana. Suara alam, langkah kaki, dentuman logam saat menghancurkan benda—semua terasa natural dan imersif.
Kadang, kesunyian dalam game ini justru jadi kekuatan utamanya. Ada keindahan tersendiri saat kamu berjalan sendirian di tengah kota yang hancur, dengan sinar matahari sore menembus reruntuhan gedung, diiringi suara angin. Rasanya melankolis tapi menenangkan.
Progresi dan Endgame
DYSMANTLE bukan game yang berakhir cepat. Ada puluhan jam konten dengan sistem progresi yang sangat memuaskan. Kamu bisa meningkatkan level karakter, meng-upgrade alat, dan membuka wilayah baru seiring waktu.
Selain misi utama untuk mencari jalan keluar dari pulau, ada banyak side quest dan puzzle lingkungan. Beberapa di antaranya membutuhkan pemikiran kreatif atau alat tertentu untuk diselesaikan. Saya sering menemukan diri saya kembali ke area lama setelah mendapatkan alat baru, hanya untuk membuka jalan rahasia yang sebelumnya tertutup.
Dan saat kamu akhirnya mencapai bagian akhir cerita, ada perasaan campur aduk — antara puas dan sedih. Tanpa memberikan spoiler, ending DYSMANTLE adalah salah satu yang paling reflektif yang pernah saya alami dalam game survival.
Baca fakta seputar : Games
Baca juga artikel menarik tentang : Skull Bones: Petualangan Lautan yang Bikin Nagih dan Tips Supaya Nggak Tersesat!
