Perang Dagang AS, pas pertama kali denger soal perang dagang Amerika Serikat vs China, reaksi gue standar banget: “Ngapain dipikirin? Itu urusan dua negara raksasa, toh kita jauh.”
Tapi semua berubah pas usaha kecil gue mulai goyang. Gue waktu itu baru ngerintis jualan aksesori elektronik yang diimpor dari China—kabel charger, mouse wireless, sama adaptor multiport. Barangnya murah, margin-nya enak. Tapi pas 2018–2019, gue mulai dapet notifikasi dari supplier:
“Harga naik karena tarif baru dari Amerika Serikat.”
Lah? Padahal gue bukan importir Amerika. Kok bisa efeknya sampai ke gue?
Awalnya Gue Cuek: “Yaaelah, Itu Urusan Amerika Sama China Kan?”
Efek Domino yang Gak Disangka: Dari Washington ke Gudang Kecil di Bekasi
Gue baru nyadar, ternyata Perang Dagang AS itu kayak lemparan batu ke kolam. Efek riaknya kemana-mana.
Waktu Trump naikin tarif impor buat barang-barang dari China, produsen di China langsung panik. Mereka gak bisa jual sebanyak ke AS, jadi mulai nyari pasar baru dan… naikin harga ke semua pembeli lain—termasuk gue di Indonesia.
Jadi yang tadinya gue beli mouse seharga Rp 25 ribu, sekarang bisa tembus Rp 40 ribu. Dan karena persaingan ketat di marketplace, gue gak bisa seenaknya naikin harga jual. Marginnya tipis, kadang malah rugi.
Gue sempet frustasi dan mikir, “Jangan-jangan ini akhir dari usaha kecil gue.”
Pelajaran Terbesar: Semua Negara Itu Saling Terkait
Setelah ngalamin langsung dampaknya, gue jadi mulai nyari tahu lebih dalam soal perang dagang AS ini. Ternyata, bukan cuma barang China yang kena. Bahkan soya dan jagung dari AS yang biasa jadi bahan baku makanan ternak di Indonesia juga ikut goyah, karena ekspor mereka ke China dibatasi.
Dan tahu gak? Itu ikut nyeret harga telur di pasar naik. Gila, ya? Perang tarif antar dua negara bisa bikin harga telur ayam di pasar Tanah Abang ikut naik.
Gue belajar satu hal penting:
“Globalisasi itu nyata. Dan kalau dua raksasa ribut, kita-kita yang kecil bisa kena getahnya.”
Momen Terbesar: Gue Ganti Strategi dan Jadi Lebih Lokal
Setelah beberapa bulan kebingungan, akhirnya gue mutusin buat switch dari barang impor ke produk lokal. Gue mulai kerja sama sama pengrajin lokal buat bikin case HP unik dari kayu dan resin.
Awalnya berat, karena harga produksi lokal jelas lebih mahal dibanding barang massal dari Shenzhen. Tapi gue main di niche premium dan storytelling produk—kayak “handmade by pengrajin Bandung” atau “100% bahan Indonesia.”
Dan anehnya? Justru permintaan malah naik. Banyak pembeli bilang, “Akhirnya ada yang jualan gak cuma barang dari China doang.”
Gue dapet pelajaran penting banget:
“Kadang tekanan global bisa jadi peluang lokal, asal kita bisa adaptasi.”
Frustrasi Lain: Edukasi Publik yang Minim Banget
Gue sempet coba bahas topik ini di komunitas wirausaha kecil. Tapi banyak yang bilang, “Ah itu bukan urusan kita,” atau, “Gue kan gak jualan ke Perang Dagang AS.”
Padahal banyak dari mereka impor bahan baku dari China atau Jepang, dan gak sadar bahwa harga mereka naik karena efek kebijakan global. Bahkan yang bisnisnya di sektor pertanian juga terpengaruh karena harga pupuk naik akibat perang tarif bahan kimia.
Di situ gue mikir, “Kayaknya emang harus ada lebih banyak blogger yang nulis isu begini dalam bahasa yang dimengerti semua orang.”
Jadi gue mulai nulis artikel seperti ini. Bukan buat sok pintar, tapi biar teman-teman UMKM atau freelancer ngerti konteks besar dari perjuangan harian mereka, dikutip dari laman resmi CNBC Indonesia.
Tips Gue Buat Pelaku Usaha Kecil Saat Perang Dagang AS Melanda
-
Diversifikasi supplier. Jangan cuma andalkan satu sumber dari satu negara. Coba cari alternatif dari Vietnam, India, atau lokal.
-
Cek tren kebijakan global tiap 6 bulan. Gak harus baca laporan IMF kok, cukup pantengin berita bisnis internasional atau YouTube ekonomi.
-
Kuatkan brand storytelling. Kalau barang kamu lebih mahal karena bukan dari China, jelaskan kenapa. Bikin pembeli merasa bangga beli produk kamu.
-
Gunakan momen buat edukasi pasar. Kadang pembeli gak tahu kenapa harga naik. Jelaskan dengan jujur, dan mereka lebih empati.
-
Jaga stok ekstra saat situasi global gak stabil. Gue nyesel banget pas 2020 kehabisan barang karena pasokan China anjlok total.
Kata Akhir: Jangan Anggap Perang Dagang AS Itu Jauh dari Kita
Dulu gue pikir perang dagang AS itu kayak sinetron politik di panggung dunia yang gak nyambung ke hidup gue. Tapi sekarang? Gue sadar itu nyentuh semua aspek bisnis kecil gue, bahkan isi dapur rumah.
Makanya sekarang gue lebih aware soal kebijakan internasional. Dan yang paling penting: gue lebih siap menghadapi perubahan, karena gue ngerti alasannya Perang Dagang AS.
Kalau kamu punya pengalaman mirip, atau baru mulai ngerasa efek global di usaha kecilmu, yuk ngobrol. Biar kita sama-sama belajar dan bantu sesama. Kadang yang kamu anggap cuma “isu besar” bisa jadi bencana (atau peluang) buat kita yang kecil ini.
Baca Juga Artikel dari: Pake Katalog Digital? Gue Kaget Sendiri Liat Dampaknya
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Politics