Kinerja PPSU, waktu pertama kali pindah ke rumah sekarang, gue gak begitu peduli sama lingkungan sekitar. Yang penting nyaman, gak terlalu bising, dan deket warteg. Udah. Tapi, semua berubah pas gue tinggal di gang sempit yang sering kebanjiran kalau hujan deras datang.
Di situ gue mulai sadar, ada sosok-sosok berseragam oranye yang hampir tiap pagi atau sore lewat depan rumah. Kadang mereka nyapu, kadang bawa cangkul dan alat potong pohon, kadang cuma lewat sambil cek kondisi saluran.
Awalnya gue pikir, “Oh, ya biasa lah, petugas kebersihan.” Tapi setelah beberapa kali ngobrol dan ngeliat langsung kerja keras mereka, mindset gue bener-bener kebalik.
Kinerja PPSUtuh lebih dari sekadar tukang sapu. Mereka tuh garda depan lingkungan kota.
Dapat Sorotan Kalau Salah, Tapi Jarang Dihargai Saat Beresin Masalah
Gue inget waktu viral ada video Kinerja PPSU yang ditegur warga karena ‘kurang bersih’. Media langsung rame. Judul clickbait di mana-mana. Tapi yang gak diberitain? Mereka kerja dari jam 5 pagi, belum sempat sarapan, dan jalanan itu kotor karena ulah warga juga.
Ironis gak sih?
Sebagai warga, kita sering nuntut lingkungan bersih. Tapi masih ada aja yang buang sampah sembarangan. Dan kalau ada sampah numpuk, yang disalahin siapa? Kinerja PPSU.
Padahal, kinerja mereka tuh luar biasa banget kalau lo bener-bener perhatiin.
Gue Pernah Lihat Langsung Mereka Turun ke Got Penuh Sampah Plastik
Hari itu hujan gerimis. Gue lagi di warung kopi depan rumah. Tiba-tiba air got naik. Sampah numpuk di mulut saluran. Jalanan mulai bau.
Satu ibu Kinerja PPSU dateng naik sepeda motor. Dia pake jas hujan sobek-sobek, bawa alat pembersih dan langsung buka penutup got. Gue yang nonton dari jauh udah jijik duluan. Tapi dia? Langsung turun tangan masukin alat ke tumpukan lumpur.
Gak pake banyak gaya, gak nunggu bala bantuan. Satu orang, langsung eksekusi.
Lima belas menit kemudian, aliran air lancar lagi. Dan lo tau apa yang dia lakuin setelah itu? Dia cuma duduk sebentar di trotoar, minum air putih dari botol, terus lanjut ke lokasi berikutnya.
Gue gak bisa ngomong apa-apa. Cuma bisa mikir: orang ini lebih punya nyali dan pengabdian dari sebagian besar pejabat.
Di Balik Seragam Oranye Itu Ada Cerita Hidup yang Gak Banyak Orang Tahu
Gue sempat ngobrol sama salah satu anggota Kinerja PPSU di lingkungan gue. Namanya Bu Sri, usia sekitar 50-an. Tiap pagi dia keliling gang-gang, nyapu dan bersihin saluran air.
Bu Sri cerita, dia kerja dari jam 5 sampai jam 2 siang, dan kalau ada laporan warga kadang bisa sampai sore. Gajinya standar UMP. Tapi dia seneng kerja karena bisa bantu jaga kampungnya bersih.
Dia bilang satu hal yang ngena banget ke gue:
“Kadang orang anggap kita rendah. Tapi saya pikir, asal kerja halal, saya bangga.”
Boom. Gue terdiam.
Lo bayangin, dalam dunia yang serba pencitraan, Bu Sri kerja diam-diam tapi tulus. Dan lo tau apa yang paling nyentuh? Anak Bu Sri sekarang kuliah di jurusan teknik sipil. Mimpinya: bangun sistem drainase kota yang lebih ramah warga.
Keren, gak?
Mereka Adalah Pahlawan Kota, Tapi Gak Pernah Diundang di TV
Kita sering nonton penghargaan buat artis, politisi, atau influencer. Tapi kapan terakhir kali lo liat Kinerja PPSU dapet penghargaan nasional? Jarang banget.
Padahal tanpa mereka:
-
Jalanan bakal penuh sampah tiap pagi.
-
Got mampet bakal bikin banjir terus-terusan.
-
Pohon-pohon tua bisa tumbang dan timpa kabel atau kendaraan.
Tapi mereka gak butuh panggung. Mereka cuma butuh dihargai.
Senyum dan ucapan “terima kasih” dari warga jauh lebih bermakna dari sekadar apresiasi formal.
Gue mulai biasain sapa mereka tiap pagi. Kadang kasih air mineral dingin, atau sekadar buka obrolan singkat soal cuaca. Kecil? Iya. Tapi itu bentuk respect yang nyata.
Kinerja PPSU: Konsisten, Terstruktur, dan Sering Diabaikan
Satu hal yang sering gue soroti adalah konsistensi mereka. Beda dari sistem birokrasi yang lambat, PPSU itu sistemnya cepat dan responsif.
Coba lo adu:
-
Lo lapor got mampet ke instansi = tunggu seminggu.
-
Lo lapor ke PPSU lewat grup RT = maksimal besok pasti dibersihin.
Gue pernah ngetes ini langsung. Saluran di ujung gang mampet. Gue kirim video ke grup warga. Lima menit kemudian, Pak Yanto (anggota PPSU kelurahan) japri gue.
“Baik Mas, nanti sore saya cek.”
Dan beneran. Jam 5 sore, dia datang, bawa dua rekan, langsung bersihin. Gak nunggu instruksi atasan. Mereka tahu tanggung jawab dan langsung ambil tindakan.
Ini yang gue kagumi: kerja jalan terus, gak pake drama.
Kinerja PPSU dan Pandemi: Garis Depan yang Gak Dikenang
Waktu pandemi, semua orang takut keluar rumah. Tapi PPSU? Masih ada di jalan. Masih nyapu. Masih bersihin pasar. Masih semprot disinfektan di fasilitas umum.
Gue inget banget waktu itu lihat mereka di tengah pasar, pake APD seadanya. Udah gitu, kadang warga malah cuek atau nyalahin mereka kalau ada penumpukan sampah masker, dikutip dari laman resmi Metrotv News.
Tapi mereka tetap jalan.
Gue ngerasa malu waktu itu. Karena sementara gue rebahan di rumah, mereka tetap jaga kota ini supaya tetap bersih dan sehat.
Penutup: Lo Gak Harus Jadi PNS atau Influencer Untuk Berkontribusi ke Negara
Kinerja PPSU ngajarin gue satu hal penting: kontribusi nyata gak selalu datang dari posisi tinggi. Kadang justru dari orang-orang yang kakinya kotor kena lumpur tiap hari.
Mereka gak cari pengakuan. Tapi mereka layak dapetnya.
Dan sebagai warga, minimal banget yang bisa kita lakuin adalah:
-
Gak buang sampah sembarangan.
-
Dukung kerja mereka, jangan cemooh.
-
Laporkan masalah lingkungan lewat jalur yang bener, jangan sekadar upload di medsos biar viral.
Karena tanpa mereka, kota ini bakal rusak pelan-pelan.
Baca Juga Artikel dari: Delta Force dan Saya: Pelajaran Hidup dari Pasukan Elit
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: News
